Statistik

Senin, 12 September 2011

Sehat secara syar'i


Sakit sebagai cobaan/ujian

Habib Dr. A.Anies Shahab   :
“Bagi kita ummat Islam, penyakit merupakan suatu cobaan dari Allah. Ia mencoba makhluk-Nya untuk mengetahui sebatas apa kesabaran, sejauh apa kecintaan dan setinggi apa rasa syukur yang ia miliki. Karenanya, Allah menjanjikan bahwa setiap penyakit memiliki obat, sebagaimana yang tersebut dalam suatu hadits yang artinya : Semua penyakit memiliki obat masing-masing”.


Sikap terbaik sewaktu sakit

Habib Luthfi bin Yahya  :
“Sikap terbaik kala kita sedang diuji dengan penyakit adalah ridha dan ikhlas. Keridhaan tersebut akan menjadi ibadah yang pahalanya besar. Namun demikian, akan lebih baik lagi dan menambah pahala jika kita dalam sikap yang tetap ridha dan ikhlas, tetap melakukan ikhtiar berobat dengan jalan yang dibenarkan syari’at, seperti medis dan pengobatan alternatif.
Berobat secara  medis, jika diiringi dengan iman, juga akan menambah ma’rifatullah dan iman tauhid kita. Kita akan semakin memahami bahwa dokter dan obat-obatan bukanlah Tuhan, melainkan hanya wasilah atau sarana pertolongan Tuhan. Mereka hanya diberi kelebihan mengobati, namun Allah Ta’ala-lah yang mempunyai kekuasaan untuk menyembuhkan”.


Cara memohon kesembuhan

Sayyid Abdul Maqshud Muhammad Salim  :
“Jika engkau menyebut sebuah asma Allah, maka hendaknya anda menyebutnya dengan penuh meresapi, rendah diri dan khusyu’. Hadirkan dari perasaanmu makna yang anda katakan. Pejamkan mata dan indera anda dari segala renungan jiwa yang lain. Bersihkan indra dan jiwa anda, jangan sekali-sekali anda menjadi orang yang berbicara tetapi tidak faham apa yang anda katakan. Jangan menggunakan asma Allah untuk meminta sesuatu yang tidak pas untukmu. Jadikan dzikir untuk Allah Swt semata, demi keridhaan-Nya, berdoa dengan cara-cara yang layak sesuai dengan keagungan dan kesempurnaan-Nya.”


Perlu membersihkan hati

Habib Muhammad bin Abdullah bin Muhammad Alattas  :
“Kalau hati kita bisa diobati, Insya Allah penyakit-penyakit yang melekat dalam hati dan badan kita juga bisa diobati.


Menjaga makanan

Habib Quraisy bin Ali bin Hasyim Aidid  :
“Sebenarnya dzikir-dzikir, ayat-ayat, serta do’a-do’a yang digunakan sebagai obat penyembuh pada dasarnya dapat memberikan penyembuhan. Namun, semua itu berpulang kepada Allah. Do’a adalah penyembuh yang dapat menghilangkan penyakit, tetapi do’a itu tidak ada kekuatan apabila manusia yang bersangkutan lalai hatinya terhadap Allah.Do’a juga tidak ada kekuatan apa-apa jika manusia itu makan makanan yang haram”.

Habib  Musthafa  bin  Hamid  Alatas  :
“Kalau dalam setiap langkah kita ingat akan kemuliaan yang dicontohkan Rasulullah saw. hidup kita akan terhindar dari gangguan, seperti penyakit. Rasulullah tidak pernah sakit dalam hidupnya, karena beliau memakai prinsip jalan tengah, tidak berlebih-lebihan. Sesuatu yang berlebih-lebihan itu berakibat tidak baik.”


Pengobatan dengan Al-Qur’an

Habib Idrus bin Abdulkadir bin Husin bin Abdulkadir Alaydrus:  
“Kita tahu, kitab suci al-Qur’an merupakan tuntunan hidup ummat islam, juga merupakan penyembuh (as-syifa’) seperti tersebut didalam al-Qur’an Surah al-Israa ayat 82 dan Surah Fushshilat ayat 44. Dari ayat-ayat ini kita dapat memahami bahwa al-Qur’an itu tidak diragukan lagi menjadi penyembuh dari berbagai penyakit. Ini dicontohkan oleh Rasulullah. Beliau sering mengobati sahabat hanya dengan membaca surah al-Fatihah, yang sering disebut dengan induk al-Qur’an”.


Harus disertai keyakinan

Habib Irfan bin Hasyim bin Thahir Ba’alawy  :
“Kalau kita punya keyakinan bisa berjalan di atas air, kita bisa berjalan di atas air. Begitu juga dengan pengobatan. Banyak orang yang punya ilmu pengobatan tapi tidak yakin dengan apa yang dilakukannya. Itu menjadi masalah. Sedang yang saya lakukan hanya keikhlasan menolong berbekal do’a, mari  kita mohon kepada Allah agar diberi kesembuhan”.

Habib Said Agil  Assegaf (Banjarmasin)  :
“Bacaan-bacaan itu walau berbahasa daerah karena ditutup dengan kalimat tauhid, bisa menumbuhkan keyakinan. Sekali lagi kuncinya adalah keyakinan. Dan secara hukum kausalitas itu bisa terjadi. Kalau sudah ragu, disitulah awal kehancuran.


Waktu terbaik memohon kesembuhan

Habib Mustafa bin Hamid Alatas  :
“Waktu dari maghrib sampai isya adalah waktu terpendek diantara jarak waktu shalat. Kalau seseorang punya hajat, minta kesembuhan, atau mempunyai keinginan, waktu ini sangat ampuh. Do’a akan diijabahi oleh Allah, dengan syarat kita menyebut nama-Nya, dan memuji Rasul-Nya, serta terus menerus berdzikir sepanjang waktu itu”.


Berprasangka baik kepada Allah

Habib Umar bin Ahmad Abdullah al-Hamd  :
“Allah Swt tidak akan menurunkan penyakit kalau tidak ada obatnya. Kalau tidak ada obatnya, berarti bukan penyakit namanya, tetapi azab. Namun bisa saja berubah menjadi rahmat bagi dia, karena suatu unsur itu bisa jadi musibah tapi bisa pula jadi rahmat. Jadi, ibarat air dan api. Api dan air bisa jadi musibah, tapi bisa juga jadi rahmat. Rahmat dan azab itu adalah satu unsur. Dan orang yang diberi penyakit, penyakit itu bisa jadi rahmat baginya sebagai penghapus dosa-dosanya”.


Habib Taufiq bin Abdul Qadir Assegaf  :
“Allah menurunkan musibah juga bukan karena kebencian terhadap hamba-Nya, justru menghendaki kebaikan hamba-Nya, maka jangan membenci Allah. Ibarat dokter menyuntik, mengoperasi dan mengobati pasien bukan karena dokter membenci pasien, justru dia mengusahakan kesembuhan  penyakit sang pasien. Itu sebabnya jangan sampai si pasien membenci dokter”.


Dzikir dan do’a sebagai penyembuh

Habib  Quraisy  bin  Ali  bin  Hasyim  Aidid  :
“Sebenarnya dzikir-dzikir, ayat-ayat serta doa-do’a yang digunakan sebagai obat penyembuh pada dasarnya dapat meemberikan kesembuhan. Namun semua itu berpulang kepada Allah. Do’a adalah  penyembuh yang dapat menghilangkan penyakit, tetapi do’a itu tidak ada kekuatan apabila manusia yang bersangkutan lalai hatinya terhadap Allah. Do’a juga tidak ada kekuatan apa-apa jika manusia itu makan makanan yang haram”.


Rahasia di balik penyakit

Habib  Ahmad  bin  Ali  bin  Abdurrahman  Assegaf  :
“Cacat yang dialami seseorang, baik bawaan atau bukan, bagaimanapun merupakan pemberian Allah Swt. Yang tetap harus disyukuri. Dengan cacat itu Allah Swt bermaksud memberikan kelebihan lain yang tidak kita ketahui. Kalau kita tidak menerima kenyataan, dan berburuk sangka atas kondisi itu, berbagai kesulitan akan muncul.”



Habib  Husein  Shahab  :
“Bahwa musibah merupakan barometer tingkat keimanan seseorang. Mengapa demikian ? Karena bagaiamana seseorang menyikapi suatu mussibah yang menimpa dirinya, inilah yang menjadi ukuran tinggi rendahnya iman. Perhatikan petunjuk Allah dalam surah Al-Baqarah (2) : 155 : “Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu berupa sedikit rasa takut, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan, dan berikanlah kabar gembira kepada orang –orang yang bersabar”.
Musibah dan tekanan-tekanan hidup bukanalah semata-mata berarti datangnya keburukan. Adakalanya berbagai kejadian seperti itu justru merupakan kebaikan bagi orang-orang tertentu. Kita sering menyaksikan banyak orang berlumuran dosa oleh berbagai macam maksiat. Orang-orang ini juga tidak bertobat kepada Allah atas dosa-dosa yang mereka lakukan. Anehnya, mereka justru memperoleh obat ilahiyah berupa bencana-bencana yang akhirnya menyadarkan mereka. Kepedihan-kepedihan hidup yang telah menimpa mereka ternyata telah membangunkan orang-orang ini dari kelalaian. Merekapun lalu mengintrospeksi hubungannya dengan Alllah dan meluruskan jalan sesat yang selama ini mereka tempuh. Perhatikan sabda Rasul berikut ini : “Jika dosa seseorang itu teramat banyak hingga tidak ada amal perbuatannya yang dapat menghapuskan dosa itu, maka Allah akan mengujinya dengan musibah berupa kesedihan untuk menghapus dosanya itu”.
-   Musibah dan becana pada hakekatnya adalah bagian dari sunnatullah yang dikehendaki atau tidak pasti akan selalu terjadi. Kapan saja seorang mukmin mengetahui dan menyadari hal itu, maka sesungguhnya ia menyakini akan takdir Allah. Sikap yang akan dia tempuh adalah bersabar dan tegar menghadapi kepedihan-kepedihan hidup. Dengan dasar keyakinan yang tinggi, ia tidak akan merasakan ketegangan dan kegelisahan yang berlebihan. Bagi orang yang seperti ini, Allah menjanjikan ampunan dosa-dosa, diterimanya tobat, dan rasa aman sebagai ganti ketakutan. Bagi orang ini, penderitaan dan kesedihan yang menimpanya adalah ibarat filter untuk menghapus dosa-dosa dan kesalahan, seperti yang telah difirmankan Allah dalam Qs.Al-Baqarah : 216   : “Boleh jadi kamu membenci sesuatu padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi pula kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu. Allah mengetahui, sedangkan kamu tidak mengetahui.

Memperbanyak  minta  ampun

Habib  Abdul  Qadir  bin  Hadun  Alattas  :
“Umumnya, awal penderitaan yang kita alami adalah akibat dosa yang telah kita lakukan. Maka dengan berdzikir dan berdo’a memohon ampun kepada Allah, Insya Allah kita akan hidup bahagia. Inilah unsur utama ketenangan dan kesehatan lahir dan bathin kita.”

Optimis bisa sembuh

Habib  Husein  bin  Anis  Al-Habsyi  :
“Gunakan kalaimat yang positif terhadap dirimu. Jangan katakan kepada dirimu “Aku pelupa”, “Aku tidak menarik”, “Aku tidak berprestasi”, “Do’aku tidak pernah dikabulkan”, “Aku tidak mungkin bisa bangun malam”, “Usahaku selalu gagal”.
Manusia terkadang mempunyai keyakinan yang membatasi kemampuannya. Ia merasa tidak mampu, atau merasa kurang berbakat. Ia melihat orang lain tampak lebih pintar, lebih mampu, lebih berbakat, lebih menarik, dll. Keyakinan semacam itu seperti rem yang menghambat kemajuannya, mengurangi laju perkembangannya, dan pada akhirnya akan menumbuhkan perasaan ragu dan takut.
Sejak saat ini, jangan lagi kau berkata negatif tentang dirimu, karena kata-katamu bisa menjadi do’a.”


Obat  hanya  sarana

Habib  Muhammad  Lutfi  bin  Ali  bin  Hasyim  bin  Yahya  :
“Sedangkan obat itu merupakan sarana kesembuhan, tapi bukan penentu kesembuhan. Selain Allah, hanyalah sarana bukan penentu. Yang menyembuhkan hanya Allah Swt.
Terkadang kita merasa berat mengeluarkan biaya untuk berobat, karena kita merasa susah mencarinya. Dan ketika mendapatkan suatu obat, belum tentu obat itu bisa menjadi sarana kesembuhan. Dan ketika kita tahu bahwa obat bukanlah penentu kesembuhan, hanya sarana, tauhid kitapun menjadi lebih mantap”.

Nama-nama Rasulullah Saw


NAMA-NAMA DAN GELAR RASULULLAH


-       Ibnu Sirrin meriwayatkan dari Abu Hurairah ra. berkata, Abul Qasim bersabda : “ Namailah kalian dengan namaku dan jangan dengan gelarku “ (Muttafaqun ‘Alaih)

-       Muhammad bin Ajlan meriwayatkan dari ayahnya, dari Abu Hurairah ra berkata : Rasulullah SAW bersabda : “ Janganlah kalian menggabung namaku dengan gelarku, aku adalah Abul Qasim, Allah adalah yang memberi dan aku adalah yang membagi “.

-       Az-Zuhri meriwayatkan dari Muhammad bin Jubair bin Muth’im, dari ayahnya berkata : Aku pernah mendengar Rasulullah SAW bersabda : “Sesungguhnya aku mempunyai beberapa nama, aku adalah Muhammad, Ahmad, Al-Maahi (penghapus) yang karenaku Allah menghapus kekufuran, Al-Hasyir (penggiring) yang menggiring manusia di atas telapak kakiku dan Al ‘Aqib (penutup para Nabi dan Rasul) “.

-       Amr bin Murrah meriwayatkan dari Abu Ubaidah, dari Abu Musa Al-Ansyari berkata : Rasulullah SAW memberi nama dirinya dengan beberapa nama. Beliau bersabda ; “ Aku


adalah Muhammad, Ahmad, Al-Hasyir, Al-Muqaffi, Nabiyyut Taubah dan nabiyyul Malhamah “ (Diriwayatkan oleh Muslim)

-       Ibnu Mas’ud berkata ; Rasulullah Saw pernah bercerita kepada kami dan beliau adalah orang yang benar dan dibenarkan, kabar yang kami peroleh dari Taurat adalah bahwa beliau sebagai pelindung orang-orang yang ummi dan namanya adalah “ Al-Mutawakkil “.

-       Waki’ meriwayatkan dari Ismail Al Azraq, dari Ibnu Umar, dari Ibnul hanafiah, ia berkata :     “ Ya sin adalah Muhammad SAW”.  Salah seorang dari mereka berkata : Rasulullah Saw mempunyai 5 nama dalam al-Qur’an, yaitu : Muhammad, Ahmad, Abdullah, Yasin dan Thaha.

-       Dalam sebagian atsar disebutkan bahwa nabi saw. bersabda : “ Aku adalah Adh-Dhahuk dan Al-Qaffal “.

-       Nama-nama nabi yang lain adalah Al-Amin. Orang-orang quraisy memanggil beliau dengan julukan tersebut sebelum beliau diangkat menjadi nabi. Beliau juga dinamakan Al-Fatih dan Qutsam (kesatuan akhlaq).


        Prof.Dr.Abuya K.H.Muhibbuddin Waly,M.A seorang ulama besar lulusan Universitas Al-Azhar, Kairo,Mesir, yang juga dikenal sebagai mursyid Tarekat Naqsyabandiyah Khalidiyah yang bermarkas di Labuan Haji, Aceh Barat, Nangroe Aceh Darussalam, telah merangkum nama-nama Rasulullah Saw dalam bentuk do’a tawasul.
Sekurang-kurangnya ada 201 nama (gelar) Rasulullah yang dihimpun oleh abuya, yaitu :
Allahumma shalli wa sallim ‘ala man ismuhu :
1.    Muhammad ( yang dipuji)
2.    Ahmad (yang lebih memuji Allah sejak dalam alam roh)
3.    Hamid (yang memuji )
4.    Mahmud (yang dipuji)
5.    Ahid (yang satu-satunya)
6.    Wahid (yang tunggal pada nilai dirinya)
7.    Mahin (yang dapat menghapuskan dosa (dengan syafaatnya)
8.    Hasyir (yang menghimpun manusia (dihari kiamat)
9.    ‘Aqib  (pengganti semua nabi dan rasul)
10.    Thaha (yang berdiri dalam tahajjud)
11.    Yasin  (yang tidak memaksa diri)
12.    Thahir (manusia yang kepadanya ditrunkan kitab suci Al-Qur’an)
13.    Muthahhir (yang suci dari dosa dan hal-hal yang negatif)
14.    Thayyib (penyuci akidah dari syirik, yang baik lahir bathin)
15.    Sayyid (pemimpin ummat manusia)
16.    Rasul (utusan Allah)
17.    Nabiy  (penyampai tuntunan Allah)
18.    Rasulurrahmah (Rasul pembawa rahmat)
19.    Qayyim (pengatur segla sesuatu)
20.    Jami’ (penghimpun yang bercerai berai)
21.    Muqtafi (penerima kebaikan terpilih)
22.    Muqaffa (pribadi teladan)
23.    Rasulul Malahim (utusan para pahlawan)
24.    Rasulurahah (utusan ketenangan dalam segala hal)
25.    Kamil (yang sempurna dalam segala kebaikan)
26.    Iklil (mahkota)
27.    Muzammil (orang yang berselimut tanpa menutup kepala, orang yang berselimut seluruh badan)
28.    ‘Abdullah ( hamba Allah)
29.    Habibillah (kekasih Allah)
30.    Shafiyyullah (yang disucikan Allah)
31.    Najiyyullah (yang diselamatkan Allah)
32.    Kalimullah (yang berkata-kata dengan Allah)
33.    Khatamul Anbiya (penutup segala nabi)
34.    Khatamur rusli (penutup segala rasul)
35.    Muhyi (yang menghidupkan hati manusia)
36.    Munjin (yang melepaskan manusia dari kejahilan)
37.    Mudzakkir (pengingat manusia)
38.    Nashir (penolong kebenaran)
39.    Manshururrahmah (yang dibantu Allah, nabi pembawa rahmat)
40.    Nabiyut taubah (nabi penyampai perlunya taubat kepada Allah)
41.    Harishun ‘alaikum (yang sangat berharap atas keselamatan ummatnya)
42.    Ma’lum (yang dikenal)
43.    Shahir (yang sangat masyhur)
44.    Syaahid (yang jadi saksi agung)
45.    Syahiid (yang termulia pada wafatnya)
46.    Masyhud (yang disaksikan kebenarannya)
47.    Basyir (yang membawa berita gembira)
48.    Mubasysyir (pembawa berita gembira)
49.    Nadzir (yang membawa berita peringatan)
50.    Mundzir (yang memeberi peringatan)
51.    Nur (cahaya)
52.    Siraj (lampu agama)
53.    Mishbah (lampu penerangan (nilai-nilai kebaikan)
54.    Huda (petunjuk)
55.    Mahdi (yang dapat petunjuk Allah)
56.    Munir (yang meemberi penerangan)
57.    Da’i  (yang menyeru ke jalan Allah)
58.    Mad’u (yang diseru Allah)
59.    Mujib (yang memperkenankan syafaat)
60.    Mujab (yang diperkenankan doanya)
61.    Hafiyy (yang dimuliakan Allah)
62.    ‘Afuwwu (pemaaf)
63.    Waliyy  (yang  sangat dekat dengan Allah)
64.    Haqq (yang benar)
65.    Qawiy (yang sangat kuat)
66.    Amin (yang sangat amanah)
67.    Makmun (yang dapat dipercaya)
68.    Karim (yang sangat mulia)
69.    Mukarram (yang dimuliakan)
70.    Makin (yang mempunyai kedudukan)
71.    Matin (yang mempunyai kekuatan luar biasa)
72.    Mubin  (pemberi keterangan)
73.    Muammil (pemberi harapan)
74.    Wushul (yang banyak pemberiannya)
75.    Dzu Quwwah (yang mempunyai kekuatan)
76.    Dzu Hurmah (yang mempunyai kehormatan)
77.    Dzu Makanah (yang mempunyai status tinggi)
78.    Dzi ‘Izzin (yang mempunyai kemegahan)
79.    Dzu Fadl (yang mempunyai kelebihan)
80.    Mutha’ ( yang dipatuhi)
81.    Muthi’  (yang sangat taat kepada Allah)
82.    Qadam  (yang dituakan)
83.    Shidqun (yang jujur luar biasa)
84.    Rahmah (yang berkasih sayang)
85.    Busyra (yang memberikan berita gembira)
86.    Ghawts (pertolongan)
87.    Ghayts (hujan (pemberi kesejukan)
88.    Ghuyats (yang menolong)
89.    Ni’matullah (nikmat Allah)
90.    Hidayatullah (karunia Allah)
91.    ‘Urwatul wuts-qa (pegangan yang kokoh)
92.    Shiratullah (jalan Allah)
93.    Shiratun mustaqim (jalan yang benar)
94.    Dzikrullah (yang ingat Allah)
95.    Sayfullah  (pedang Allah)
96.    Hizbullah (jemaah Allah)
97.    An-Najmuts-Tsaqib (bintang yang menembus cahaya)
98.    Musthafa (manusia pilihan Allah karena sucinya)
99.    Mujtaba (pilihan Allah karena ibadahnya)
100.    Muntaqa (yang dibersihkan Allah)
101.    Ummiy (yang buta huruf)
102.    Mukhtar (pilihan Allah)
103.    Ajir (yang paling akhir)
104.    Jabbar (yang paling perkasa)
105.    Abul Qasim (ayah Qasim)
106.    Abuth-Thahir (ayah Thahir)
107.    Abuth-Thayyib (ayah Thayyib)
108.    Abu Ibrahim (ayah Ibrahim)
109.    Musyfa’ (yang ddiberikan syafaat Agung oleh Allah)
110.    Syafi’ ( yang sangat banyak memberi syafaat)
111.    Shalih (yang melaksanakan hak dan kewajiban)
112.    Mushlih (yang melaksanakan kebaikan)
113.    Muhaymin (yang memberikan rasa aman)
114.    Shadiq (yang benar)
115.    Mushaddiq (yang membenarkan yang benar)
116.    Shidq (yang jujur)
117.    Sayyidul Mursalin (pemimpin segala rasul)
118.    Immamul Muttaqin (teladan orang-orang yang bertakwa)
119.    Qaidul ghurril Muhajjalin  (pemimpin orang yang berwudlu dengan baik)
120.    Khalilurrahman (teman khusus yang maha pengasih)
121.    Barru (yang terkuat kebaikannya)
122.    Mubarru (yang diberikan kebaikan)
123.    Wajih (pemimpin kaumnya)
124.    Nashih (yang banayak memberi nasehat)
125.    Na-shih  (penasehat)
126.    Wakil (yang dapat dipegang pengabdiannya)
127.    Mutawakkil (yang dapat menjamin pengabdiannya)
128.    Kafil (penjamin)
129.    Syafiq (yang berharap pada kebaikan)
130.    Muqimus sunnah (pendiri sunnah)
131.    Muqaddas (yang disucikan)
132.    Ruhul Qudus (roh suci)
133.    Ruhul Haqqi (jiwa kebenaran)
134.    Ruhul Qisthi (jiwa keadilan)
135.    Kafin (yang cukup)
136.    Muktafi  (merasa cukup)
137.    Baligh (yang sampai pada tujuan perjuangan)
138.    Muballigh (penyampai kebenaran)
139.    Syafin ( penyembuh (nilai lahir bathin)
140.    Washil (yang sampai pada Tuhannya)
141.    Mawshul (yang disampaikan cita-citanya)
142.    Sabiq (yang dahulu pada hakehat)
143.    Saiq (pemandu)
144.    Hadin (yang dapat petunjuk)
145.    Muhdin (yang memberi petunjuk)
146.    Muqaddam (yang terkemuka)
147.    ‘Aziz (yang megah mulia)
148.    Fadlil (yang mulia)
149.    Mufadl-dlal (yang dimuliakan)
150.    Fatih (penakluk)
151.    Miftah (kunci (kebaikan)
152.    Miftahur Rahmah (kunci kasih sayang)
153.    Miftahul Jannah (kunci sorga)
154.    ‘Alamul Iman (panji keimanan)
155.    ‘Alamul Yaqin (panji keyakinan)
156.    Dalilul Khayrat (penunjuk kebaikan)
157.    Mushah-hihul Hasanat  (pembetul segala kebaikan)
158.    Muqilul ‘atsarat (pembangun perjuangan)
159.    Shafuhun ‘aniz zallat (pemaaf atas segala kesalahan)
160.    Shahibusy-Syafaat (yang mempunyai syafaat)
161.    Shahibul maqam (yang mempunyai status tinggi)
162.    Shahubul qadam (pemimpin mulia yang dituakan)
163.    Makh-shushun bil ‘izzi (pribadi khusus dengan kemegahan)
164.    Makh-shushun bil majdi (pribadi khusus dengan ketinggian)
165.    Makh-shushun bisy-syarafi (pribadi khusus dengan kemuliaan)
166.    Shahibil wasilah (pribadi perantara dengan Allah)
167.    Shahibus Sayf  (pahlawan paling utama)
168.    Shahibul Fadlilah (pribadi paling mulia)
169.    Shahibul izar (pribadi suci)
170.    Shahibul Hujjah (ahli kebenaran)
171.    Shahibus- sulthan (pribadi penguasa agama dan akhlak mulia)
172.    Shahibur Rida (pribadi yang berselendang)
173.    Shahibud-darajatir-rafi’ah (yang punya kedudukan tinggi)
174.    Shahibut-taj  (yang punya mahkota kemuliaan)
175.    Shahibul mighfar (yang punya tutup ketahanan kepala (topi wajah khusus)
176.    Shahibul liwa (yang punya panji hari kiamat)
177.    Shahibul mi’raj (pribadi yang mi’raj menghadap Allah)
178.    Shahibul qadlib (yang mempunyai tongkat kenabian)
179.    Shahibul Buraq (mempunyai kenderaan boraq)
180.    Shahibul Khatim (mempunyai cincin kenabian)
181.    Shahibul ‘alamah (mempunmyai tanda kenabian)
182.    Shahibul Burhan (yang mempunyai dalil kebenaran)
183.    Shahibul Bayan (mempunyai keterangan)
184.    Fasihul-Lisan (sangat baik dalam berbahasa)
185.    Muthah-hirul Janan (yang suci hatinya)
186.    Raufun Rahim (penyantun lagi penyayang)
187.    Udzunun Khayr (pendengar kebaikan)
188.    Shahibul Islam (pembawa Islam)
189.    Sayyidul kawnayn (pemimpin dunia dan akhirat)
190.    ‘Aynun na’im (inti nikmat)
191.    ‘Aynul-ghurri (hakikat pemimpin)
192.    Sa’dullah (anugerah kebahagiaan dari Allah)
193.    Sa’dul Khalqi (kebahagiaaan bagi makhluk (kebahagiaan makhluk bagi Rasulullah)
194.    Khathibul umam (juru bicara terhadap ummat (karena kitab suci Al-Qur’an adalah inti segala risalah kenabian dan kerasulan)
195.    ‘Alamul Huda (panji petunjuk)
196.    Kasyifil Kurab (penghilang segala kesusahan)
197.    Rafi’ur Rutab (yang tertinggi dari segala pangkat)
198.    ‘Izzul ‘arab (kebanggaan bangsa arab)
199.    Shahibul Faraj (yang berada dalam kelapangan (lahir dan bathin)
200.    Asyraful anbiya wal mursalin (dan semulia-mulianya para nabi dan rasul)
201.    Walhamdulillahi rabbil ‘alamin